Selasa, 19 Maret 2013

Kebudayaan Maluku Tenggara Barat

Kabupaten Maluku Tenggara Barat adalah sebuah kabupaten diprovisi maluku, Indonesia. Ibukota kabupaten ini terletak di Saumlaki.

Kabupaten ini dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 46 Tahun 1999, pemekaran dari Kabupaten Maluku Tenggara. Pada tahun 2008, sebagian wilayah kabupaten ini dimekarkan menjadi Kabupaten Maluku Barat Daya.



Sebagaimana kita ketahui bahwa Budaya : suatu Kebiasaan dan Nilai-nilai tertentu yang diakui secara umum atau bersama-sama dalam sebuah masyarakat yang hidup disuatu tempat.
Budaya merupakan produk kolektif atau produk bersama menghasilkan suatu ukuran dan rangkaian tindakan dan dipakai sebagai acuan untuk menilai tindakan orang lain. (Mengelola konflik).

Kebudayaan : Keseluruhan yang kompleks yang didalamnya terkandung Ilmu Pengetahuan, Kepercayaan, Kesenian, Modal, Hukum, Adat Istiadat dan Kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat. (E.B. Taylor).

Jadi Kebudayaan mengandung 3 (tiga) aspek, yaitu:
1. Aspek Material
2. Aspek Perilaku
3. Aspek Ide

Mencakup :
  • Peralatan hidup, arsitektur, pakaian, makanan, hasil teknologi, dan lain-lain
  • kegiatan ritual kelahiran, perkawinan, kematian, pembangunan, pertunjukan.
  • keyakinan, pengetahuan, nilai-nilai, norma dan lain-lain, dan sebagai wujud kongkritnya yang kita ketahui, seperti: duan lolat


Dalam kehidupan bermasyarakat Budaya digunakan dalam berbagai aspek, antara lain:

  • Budaya sebagai faktor dalam Konflik
Ketika ada konflik politik, sosial, maka Budaya akan muncul sebagai faktor yang harus diakui untuk itu dalam menyelesaikan konflik maka dibutuhkan pengetahuan tentang Budaya Lokal/setempat, Bagaimana Kehidupan Beragama, Bermasyarakat.
Namun perlu dipahami bahwa budaya lokal tersebut seiring dengan perkembangan jaman mengalami Interfensi baik Internal dan Eksternal.
Untuk itu perlu disadari bahwa budaya konflik sebenarnya sudah ada sejak dulu, baik antar pribadi denga pribadi maupun kelompok dengan kelompok.

  • Budaya sebagai Sumber daya untuk Perdamaian.
Berbagai tradisi yang baik tumbuh dan berkembang dalam masyarkat, seperti: Pela Gandong , Ai wai, Sasi, dan lain-lain
Ada budaya yang dilembagakan seperti: Duan Lolat dalam mengatasi masalah “Perkawinan, Kelahiran, Kematian, Pembangunan, dan lain-lain.
Banyak lagi contoh yang perlu kita angkat yang berkembang secara turun temurun dan telah diuji sebagai nilai dan norma yang hidup dan berkembang.

  • Budaya, Komunikasi dan Perselisihan
Bila terdapat perbedaan budaya dalam masyarakat akan menimbulkan konflik. Hal ini dipandang perlu untuk mengembangkan komunikasi antar kelompok yang berbeda aga timbul saling pengertian. Konflik terjadi karena komunikasi tidak ada, maka muncul curiga, iri hati, dendan dan sebagainya.

  • Kesalahpahaman Karena Budaya
Sering terjadi konflik dimana-mana antar etnik yang berbeda budaya, seperti di Afrika Selatan antara suku yang berkulit hitam dan putih atau Budaya Barat dan Budaya Timur, Islam dan Kristen, Suku dengan Suku lain, atau karena tergusurnya orang asli dan pendatang, dan lain-lain.

  • Hak-hak Azasi dan Budaya
Sering kita tidak dapat memahami dan mengerti mana hak-hak pribadi /individu sesorang dan norma, nilai dan hak-hak universal/umum. Sering terjadi pemaksaan keinginan pribadi terhadap kepentingan bersama.

Hak-hak pribadi seperti:

- Hak untuk hidup yang layak: makan, minum, rumah, pakaian, dan lain-lain.
Hak-hak umum seperti:
- Hak untuk mendapat pelayanan umum seperti: pendidikan, kesehatan, listrk, air, telepon, dan lain-lain.
Semua hak itu hendaknya dilembagakan dengan aturan yang jelas agar tidak terjadi benturan/konflik.

  • Agama dan Budaya
Agama mengajarkan tentang iman kepercayaan dimana kesadaran manusia akan adanya Tuhan Yang Maha Esa dan manusia serta Alam Ciptaan Tuhan sebagai satu persatuan dan kesatuan antara Tuhan dan Manusia.
Sering terjadi konflik antara agama dan budaya dimana agama banyak memberi hukuman terhadap pelanggaran berupa Non Fisik atau hukuman moril, sementara Budaya dan Adat Istiadat Lokal banyak menyoroti hukuman berupa Fisik atas sebuah pelanggaran atau konflik.
Adanya pengakuan bahwa agam lebih dari segalanya (Secularisasi) seperti Roma sebagai Negara Agama, Arab sebagai Negara Agamal namun ada juga yang menganggap bahwa Budaya adalah yang utama seperti Bali, Suku Badui dan sebagainya, sering terjadi karena adanya anggapan adanya kelompok Mayoritas dan Minoritas. Oleh sebab itu regulasi aturan baik tentang batasan agama dan budaya harus jelas dipahami, seperti adanya ajaran tentang “Toleransi”.
Namun disisi lain Agama dan Budaya juga punya hubungan Adat yang erat, seperti Agama dapat mengontrol Kekuasaan yang berlebihan


Kesimpulan :

Secara Singkat dapat disimpulkan bahwa Budaya adalah : Bahasa Etnis, Cara HIdup, Nilai-nilai dan Adat yang berlaku dalam masyarakat.
Untuk itu Hubungan kekerabatan memegang peranan penting dan hendaknya diwariskan turun temurun dan yang menjadi kuncinya adalah: Pengenalan terhadap Identitas setiap orang, Keluarga dalam hidup bermasyarakat.
Identitas yang tidak jelas akan menimbulkan konflik. Identitas yang jelas akan menghindarkan kita dari konflik.
Identitas yang dimaksud adalah:

1. Bahasa
2. Agama
3. Wilayah
4. Organisasi Sosial
5. Budaya
6. Ras

Referensi : Dinas Kebudayaan & Parawisata MTB
BUDAYA YOGYAKARTA

Sekaten

 Di lingkungan Kraton Yogyakarta, setiap tahun diadakan upacara adat yaitu Sekaten atau lebih dikenal dengan Pasar Malam Perayaan Sekaten. Karena sebelum upacara Sekaten dimulai, terlebih dahulu diadakan kegiatan ‘pasar malam’ selama satu bulan penuh. Tradisi ini sudah ada sejak jaman Kerajaan Demak (abad ke-16) dan diadakan setiap bulan Maulud, bulan ke-tiga dalam tahun Jawa, dengan lokasi di alun-alun Utara Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

Asal usul istilah sekaten berasal dari kata ‘sekati’, yaitu nama dari 2 perangkat pusaka kraton berupa gamelan ‘Kanjeng kyai Sekati’ yang ditabuh dalam rangkaian peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW. Pendapat lain menyampaikan bahwa Sekaten berasal dari kata suka dan ati (suka hati, senang hati) karena masyarakat menyambut hari Maulud dengan perasaan syukur dan bahagia pada perayaan pasar malam Sekaten di Alun-alun Utara.
Ada pendapat lain mengatakan bahwa Sekaten berasaldari kata ‘syahadataini’ dua kalimat dalam Syahadat Islam, yaitu syahadat tauhid ( Asyhadu Alla ila-ha-ilallah) yang berarti: “Saya bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah” dan syahadat rasul ( Waasyhadu anna Muhammadarrosululloh ) yang berarti :” Saya bersaksi bahwa nabi Muhammad utusan Allah”.
Sebelum upacara Sekaten dilaksanakan, ada dua persiapan yaitu persiapan fisik dan spiritual. Persiapan fisik berupa peralatan dan perlengkapan upacara, yaitu Gamelan Sekaten, Gending Sekaten, sejumlah uang logam, sejumlah bunga kanthil, busana seragam Sekaten, samir untuk niyaga dan perlengkapan lainnya termasuk naskah riwayat Maulud Nabi Muhammad SAW.
Gamelan Sekaten adalah benda pusaka Kraton Yogyakarta yang disebut Kanjeng Kyai Sekati, yang terdiri dari dua rancak, yaitu Kanjeng Kyai Nogowilogo dan Kanjeng Kyai Guntur Madu. Gamelan Sekaten tersebut adalah warisan pusaka yang dibuat oleh Sunan Giri yang ahli dalam kesenian karawitan dan disebut sebagai gamelan dengan laras pelog yang pertama kali dibuat.
Persiapan spiritual dilakukan beberapa waktu menjelang upacara Sekaten. Para abdi dalem Kraton Yogyakarta yang akan terlibat dalam upacara, sebelumnya mempersiapkan mental dan batin untuk mengemban tugas sakral tersebut. Khususnya bagi para abdi dalem yang akan bertugas memukul gamelan Sekaten, mereka mensucikan diri dengan perpuasa dan siram jamas.
Upacara Sekaten dimulai tanggal 6 Maulud (Rabiulawal) pada sore hari dengan mengeluarkan gamelan Kanjeng Kyai Sekati dari tempat persemayamannya, Kanjeng Kyai Nogowilogo ditempatkan di Bangsal Trajumas dan Kanjeng Kyai Guntur Madu di Bangsal Srimanganti. Dua pasukan abdi dalem prajurit bertugas menjaga gamelan pusaka tersebut, yaitu prajurit Mantrijero dan prajurit Ketanggung. Dihalaman Kemandungan atau Keben banyak pedagang kecil berjualan kinang dan nasi wuduk.
Pada malam harinya, selesai waktu sholah Isya, para abdi dalem yang bertugas melaporkan kepada Sri Sultan bahwa upacara siap dimulai. Setelah abdi dalem mendapat perintah dan petunjuk dari Sri Sultan, maka dimulailah upacara sekaten dengan membunyikan gamelan Kanjeng Kyai Sekati.
Tepat waktu pukul 24.00 WIB, gamelan Sekaten dipindahkan ke halaman Masjid Agung Yogyakarta dengan dikawal kedua pasukan abdi dalem prajurit Mantrijero dan Ketanggung. Kanjeng Kyai Guntur Madu ditempatkan di pagongan sebelah selatan gapuran halaman Masjid Agung dan Kanjeng Kyai Nogowilogo di pagongan sebelah utara. Di halaman Masjid Agung, gamelan Sekaten dibunyikan terus menerus siang dan malam selama enam hari berturut-turut. kecuali pada Kamis malam hingga selesai sholat Jum’at siang harinya.
Pada tanggal 11 Maulud (Rabiulawal), mulai pukul 20.00 WIB., Sri Sultan datang ke Masjid Agung untuk menghadiri Upacara Maulud Nabi Muhammad SAW dengan membacakan naskah riwayat Maulud Nabi yang dibacakan oleh Kyai Penghulu. Upacara Maulud Nabi selesai pada pukul 24.00 WIB, dan setelah selesai upacara semua perangkat gamelan Sekaten diboyong kembali ke bangsal Kraton. Pemindahan gamelan menuju bangsal kraton ini merupakan tanda bahwa Upacara Maulud Nabi telah selesai dan keesokan harinya berganti dengan Upacara Grebeg Gunungan Sekaten.
Upacara Grebeg Gunungan sekaten dilaksanakan tepat tanggal 12 Maulud pada pagi hari sekitar pukul 09.00- 10.00 WIB. Masyarakat yang sudah menunggu dan sudah menginap semalam, serta yang datang mulai pagi usai sholat Subuh biasanya sudah menunggu di depan Kraton dan di Alun-alun Utara. Grebeg Muludan ini merupakan puncak peringatan Upacara Perayaan Sekaten. Gunungan yang berisi hasil bumi, yaitu beras ketan, makanan dan buah-buahan serta sayur-sayuran akan dibawa dari Istana Kemandungan melewati Sitihinggil dan Pagelaran menuju Masjid Agung. Setelah diadakan upacara Do’a di Masjid Agung, Gunungan yang melambangkan kesejahteraan atau kesuburan Kerajaan Mataram ini siap diperebutkan masyarakat diluar halaman masjid. Biasanya sebelum arakan Grebeg Gunungan sampai di Alun-alun , beberapa pasang Gunungan akan habis menjadi rebutan masyrakat dalam hitungan detik.

Senin, 18 Maret 2013

Seni Budaya KalSel


S
eni tradisional Banjar adalah unsur kesenian yang menjadi bagian hidup masyarakat dalam suku Banjar. Tradisional adalah aksi dan tingkah laku yang keluar alamiah karena kebutuhan dari nenek moyang yang terdahulu. Tradisi adalah bagian dari tradisional namun bisa musnah karena ketidamauan masyarakat untuk mengikuti tradisi tersebut.
Kultur budaya yang berkembang di Banjarmasin sangat banyak hubungannya dengan sungai, rawa dan danau, disamping pegunungan. Tumbuhan dan binatang yang menghuni daerah ini sangat banyak dimanfaatkan untuk memenuhi kehidupan mereka. Kebutuhan hidup mereka yang mendiami wilayah ini dengan memanfaatkan alam lingkungan dengan hasil benda-benda budaya yang disesuaikan. hampir segenap kehidupan mereka serba relegius. Disamping itu, masyarakatnya juga agraris, pedagang dengan dukungan teknologi yang sebagian besar masih tradisional.

Seni Budaya Banjarmasin
Kultur budaya yang berkembang di Banjarmasin sangat banyak hubungannya dengan sungai, rawa dan danau, disamping pegunungan. Tumbuhan dan binatang yang menghuni daerah ini sangat banyak dimanfaatkan untuk memenuhi kehidupan mereka. Kebutuhan hidup mereka yang mendiami wilayah ini dengan memanfaatkan alam lingkungan dengan hasil benda-benda budaya yang disesuaikan. hampir segenap kehidupan mereka serba relegius. Disamping itu, masyarakatnya juga agraris, pedagang dengan dukungan teknologi yang sebagian besar masih tradisional.
Ikatan kekerabatanmulai longgar dibanding dengan masa yang lalu, orientasi kehidupan kekerabatan lebih mengarah kepada intelektual dan keagamaan. Emosi keagamaan masih jelas nampak pada kehidupan seluruh suku bangsa yang berada di Kalimantan Selatan.
Urang Banjar mengembangkan sistem budaya, sistem sosial dan material budaya yang berkaitan dengan relegi, melalui berbagai proses adaptasi, akulturasi dan assimilasi. Sehingga nampak terjadinya pembauran dalam aspek-aspek budaya. Meskipun demikian pandangan atau pengaruh Islam lebih dominan dalam kehidupan budaya Banjar, hampir identik dengan Islam, terutama sekali dengan pandangan yang berkaitan dengan ke Tuhanan (Tauhid), meskipun dalam kehidupan sehari-hari masih ada unsur budaya asal, Hindu dan Budha.
Seni ukir dan arsitektur tradisional Banjar nampak sekali pembauran budaya, demikian pula alat rumah tangga, transport, Tari, Nyayian dsb.
Masyarakat Banjar telah mengenal berbagai jenis dan bentuk kesenian, baik Seni Klasik, Seni Rakyat, maupun Seni Religius Kesenian yang menjadi milik masyarakat Banjar seperti :

Teater Tradisi / Teater Rakyat
Antara lain Mamanda, Madihin, Wayang Gung, Abdul Mulk Loba, Kuda Gepang, Cerita Damarwulan, Tantayungan, Wayang Kulit, Teater Tutur.
Seni Musik
Antara lain Kuriding, Karung-karung Panting, Kintunglit, Bumbung, Suling Bambu, Musik Tiup, Salung Ulin, Kateng Kupak.
Sinoman Hadrah dan Rudat
Sinoman Hadrah dan Rudat bersumber daripada budaya yang dibawa oleh pedagang dan penda'wah Islam dari Arab dan Parsi dan berkembang campur menjadi kebudayaan pada masyarakat pantai pesisir Kalimantan Selatan hingga Timur.
Seni Tari
a. Tari Tradisi : Balian, Gantar, Bakanjar, Babangai
b. Tari Klasik : Baksa Kambang, Topeng, Radap Rahayu
c. Tari Rakyat : Japin Sisit, Tirik Lalan, Gambut, Kuda Gepang, Rudat dll
Seni Sastra
Antara lain Kuriding, Karung-karung Panting, Kintunglit, Bumbung, Suling Bambu, Musik Tiup, Salung Ulin, Kateng Kupak.
a. Syair : Hikayat, Sejarah, Keagamaan
b. Pantun : Biasa, Kilat, Bakait
Seni Rupa
Antara lain Ornamen, Topeng dan Patung.
Keterampilan
Maayam dinding palupuh, maulah atap, wantilan, maulah gula habang, maulah dodol kandangan, maulah apam barabai, maulah sasapu ijuk, manggangan, maulah wadai, maulah urung katupat, maaym janur banjar, dll.

Kebudayaan Masyarakat Sumatera Selatan



Sumatera Selatan di kenal juga dengan sebutan Bumi Sriwijaya karena wilayah ini di abad VII – XII Masehi merupakan pusat kerajaan maritim terbesar dan terkuat di Indonesia yakni Keajaan Sriwijaya. Pengaruhnya bahkan sampai ke Formosoa dan Cina di Asia serta Madagaskar di Afrika.

Di provinsi yang amat sangat terkenal dengan kain songket dan kain pelanginya ini terdapat 12 jenis bahasa daerah dan delapan suku, di antaranya dominan adalah Suku Palembang, Suku Komering, Suku Ranau, dan Suku Semendo. Untuk menjaga keragaman ini tetap berada dalam harmoni, pemerintah lokal membuat peraturan daerah yang bertujuan untuk mengelola kebudayaan yang ada. Peraturan ini mencakup pemeliharaan bahasa, sastra serta aksara daerah, pemeliharann kesenian, pengelolaan kepurbakalaan kesejarahan serta nilai tradisional dan museum. Pariwisata Sumatera Selatan bahkan dalam koridor peraturan daerah in, agar pariwisata di sana tetap berbasis kebudayaan Sumatera Selatan di satu sisi dan bernilai ekonomi tinggi di sisi yang lain.

Masyarakat Sumatera Selatan umumnya hidup rukun dan agamis. Selama periode 2004 – 2006, misalnya, tidak terdapat catatan buruk tentang konflik antar kelompok atau antarsuku tertentu. Kendati demikian, sebagai langkah preventif pemerintah harus berupaya menggalang kerukunan diantara masyarakatnya dengan menghadirkan tokoh agama terkenal, dan lain sebagainya. Di berbagai forum semacam itulah pemerintah menekankan pentingnya harmoni dan stabilitas demi kelanjutan pembangunan.

Salah satu hasil kerajinan dari masyarakat  Sumatera Selatan adalah :
Sewet Songket



Sewet Songket adalah kain yang biasanya dipakai atau dikenakan sebagai pembalut bagian bawah pakaian wanita. Biasanya sewet ini berteman dengan kemban atau selendang. Bahan sewet songket ini ditenun secara teliti dengan mengunakan bahan benang Ciri khas songket Palembang terletak pada kehalusan dan keanggunannya sangat menonjol serta motifnya tidak sama dengan motif kain songket daerah lain  Sewet Songket adalah kain yang biasanya dipakai atau dikenakan sebagai pembalut bagian bawah pakaian wanita. Biasanya sewet ini berteman dengan kemban atau selendang. Bahan sewet songket ini ditenun secara teliti dengan mengunakan bahan benang Ciri khas songket Palembang terletak pada kehalusan dan keanggunannya sangat menonjol serta motifnya tidak sama dengan motif kain songket daerah lain. Oleh karena itu sewet songket ini dibuat dengan bahan halus dan seni yang tinggi maka harganya cukup mahal. Biasanya dipakai pada waktu tertentu pada saat perayaan perkawinan. Pakaian songke lengkap yang dikenakan oleh pengaten, biasanya dengan Aesan Gede (kebesaran) Aesan Pengganggon (Paksangko) Aesan. Selendang Mantri Aesan Gandek (Gandik) dan sebagainya.    
Macam-macam Kain Songket:
  • Songket benang mas Lepus dan warna-warni
  • Songket benang mas Lepus Biasa
  • Songket benang mas Lepus Jando Beraes (Hijau,merah dan Kuning)
  • Songket benang Jando Penganten (Hijau dan Merah)
  • Songket benang emas Bungo Inten
  • Songket benang emas Tretes Midar atau Bidar
  • Songket benang emas pulir Biru
  • Songket emas Kembang Siku Hijau
  • Songket benang emas Bungo Cino
  • Songket benang Pacik
  • Songket benang emas Cukitan
Sewet Tanjung    Sewet tajung adalah kain yang khusus di pakai untuk laki-laki kalau wanita ada kain Tajung khususnya pula yang disebut dengan kain Tajung Blongsong sedangkan kain Tajung khusus untuk pria adalah yang disebut dengan Gebeng dan ada lagi yang disebut dengan Tajung Rumpak atau Tajung Bumpak.Sewet Sewet Tajung dalam pembuatannya memakai benang emas walau tak penuh. Macam-macam Sewet Tajung adalah:
  • Limar
  • Limar PatutPetak-petak berwarna (Merah, Kuning, Biru, abu-abu dan lain sebagainya
  • Gerbik
  • Blongsong (khusus wanita)

Sewet Pelangi dan Jumputan
Kain pelangi ini sangat beraneka ragam dan sangat indah. Bahannya pun dari benang kain sutra serta cat khusus yang tidak luntur. Pembuatannya tetap secara tradisional.
Sewet pelangi permukaannya licin dan halus serta bias dikepal dengan tangan sedangkan kain atau sewet Jumputan itu bunga-bunganya tampak seperti di jemput-jemput dengan benang sewaktu perebusan sehingga selesainya menjadi indah dan bagus.
Sewet Peradan    Sewet Peradan disebut juga Sewet Prada kain yang sudah jadi kemudian di Prada dengan cat emas yang khusus untuk mengecat kain. Biasanya kain yang di prada adalah kain yang bagus baik bahan maupun motifnya.   
Sewet Batik Palembang  Selain kain-kain yang tersebut diatas ada juga kain batik. Batik Palembang mempunyai cirri ; khusus dengan motif yang halus dan warnanya yang magis. Sewet Batik Palembang yang terkenal adalah Sewet Batik Jepri dan Batik Lasem.
Seni Ukir         
Dalam pola atau bentuk ukiran kayu, dua elemen penting yang tidak dapat dipisahkan dari penjelmaan sesuatu pola khususnya dalam motif dan tehnik penyusunan selain berpungsi sebagai nilai artistik dan Ventilasi (Lobang Angin) juga mempunyai fungsi bermakna filsofi Seperti kita temui di bangunan-bangunan lama rumah Palembang dan bangunan lainnya banyak ditemui ukiran-ukiran kayu yang indah dan menarik sengga menampakan keanggunan dan keagungan budaya negeri dan masyarakat pembuatnya. Seni ukir Palembang memiliki motif khusus yang berbeda dengan daerah lain. Pengaruh Cina atau Budha masih menonjol, namun guratannya lebih didominasi tumbuhan, bunga melati dan teratai serta tidak ada gambaran tentang manusia atau hewan. Ciri ukiran Palembang sangat khas.  Semua motifnya bunga dan perwarnannya pun di dominasi warna kuning keemasan, warna dominan dalam ukiran Palembang. Kemilau warna yang dihasilkan dari cat warna emas inilah yang membedakannya dengan ukiran daerah lain, seperti misalnya dari Jepara. Badan lemari, daun pintu, tutup Aquarium atau bingkai cermin dan foto, misalnya selalu disaput cat warna emas. Sementara bagian lainnya dilapisi warna merah tua dan hitam. Gambar bunga mawar dengan warna hitam makin menonjolkan penampilan ukiran kayu Palembang. Biasanya jenis kayu yang dipakai untuk mengukir pun harus lah jenis kayu tembesu yang keras dan kuat. Padahal dulu, ukiran Palembang hanya terbatas pada lemari yang fungsinya untuk menaruh kain songket. Bahan yang dipergunakan umumnya kayu berkualitas tinggi, terutama tembesu dan sejenisnya.    
  Rumah Adat Sumatera Selatan          
Pakaian Adat Sumatera Selatan      
Makanan Khas
Pempek  
 
Kerupuk Kemplang  
 
Tekwan  
 
    Lenggang        

Mengenal Budaya Sumatera Utara



Sumatra Utara memiliki khasanah kekayaan budaya yang beraneka ragam. Kebudayaan daerah Sumsel tersebut meliputi adat istiadat, seni tradisional, dan bahasa daerah.
Di Propinsi Sumatera Utara terdapat beberapa suku yang mendiami propinsi tersebutdiantaranya adalah suku Melayu, suku Nias, suku Batak Toba, suku Pakpak, Karo, Simalungun, Tapanuli Tengah, suku Tapanuli Selatan yang terdiri dari suku Sipirok, suku Angkola, Padang Bolak, serta Mandailing, Namun ada juga pendatang seperti suku Minang, Jawa serta Aceh. Pendatang ini membawa kebudayaan serta adat-istiadatnya masing-masing.
Musik daerah Sumatera Utara

Sama seperti budaya daerah lainnya yang ada di Indonesia Sumatera Utara juga memilki musik yang khas daerah Sumse. Musik yang biasa dimainkan di Sumatra Utara ini tergantung dengan upacara-upacara adat yang diadakan di Sumut. Yang menjadi ciri khas adalah terdapat alunan musik genderang. Seperti misalnya pada Etnis Pesisir yang memiliki serangkaian alat musik yang sebut dengan Sikambang.

Tarian Budaya Sumatera Utara

Memiliki beraneka ragam seni tari tradisional yang terbagi beberapa macam. Ada yang bernuansa magis yang berupa tarian sakral namun ada juga yang sifatnya untuk hiburan saja yang berupa tari profan. Jenis tari adat Sumut merupakan bagian dari upacara adat, sedangkan tari sakralnya biasanya ditarikan oleh dayu-datu.

Beberapa tarian yang berasal dari Sumatera Utara adalah tari Tortor, morah-morah, parakut, sipajok, patam-patam sering dan kebangkiung, tortor nasiaran, tortor tunggal panaluan.